Quipperian pasti bingung mengapa di pelajaran Bahasa Indonesia SMA kalian harus membuat Teks Cerita Sejarah TKS? Jadi begini Quipperian, belajar TKS membantumu untuk mendalami Sejarah enggak hanya sekadar hafalan. Biasanya kan kamu sering banget menghafal nama tokoh dan persitiwa, serta tanggal, bulan, dan tahun peristiwa ketika belajar Sejarah. Nah, dengan bantuan Bahasa Indonesia, pemaham kalian mengenai Sejarah akan jauh lebih mudah karena berbasis cerita. Kamu ngerasa seperti baca novel atau cerpen, tapi isinya Sejarah. Lebih gokil lagi, dengan bejara TKS, Quipperian sendiri bahkan bisa membuat cerita Sejarah. Tsadis! Mahir membuat TKS sangat penting. Kamu tentu ingat bulan September lalu, masyarakat heboh dengan Sejarah Peristiwa 1965. Pro-kontra muncul. Tentu hingar-bingar itu terjadi karena pemahaman Sejarah lemah, dan pihak berseteru hanya bicara seperti ahli, bukan membuat buku teks. Kamu pasti kepingin kan polemik tak lagi terulang, Makanya belajarlah hingga mahir membuat TKS. Agar Sejarah perjalanan bangsa Indonesia terekam dengan baik dan enak dibaca! Meski disebut teks cerita, ada beberapa unsur-unsur penting enggak boleh kamu lakukan saat menyusun TKS. Apa saja larangan itu? Langsung saja kita lihat hal-hal yang nggak boleh kamu lakuin saat membuat teks cerita sejarah 1. Bukan Cerita Fiksi Kamu harus tahu Quipperian bahwa menulis teks sejarah sangat berbeda dengan menulis cerita fiksi. Menulis cerita sejarah tentu bahan bakunya adalah fakta sejarah. Kamu harus menggunakan sumber autoritatif untuk menulis teks sejarah. Kamu tentu boleh menggunakan beragam struktur cerita maupun gaya tersendiri, namun fakta sejarah, sumber sejarah juga harus ada. Bila sumber sejara tidak ada, sama saja kalian mengarang cerita. Membuat cerita fiksi. Jadi, kalian harus jujur melihat fakta peristiwa sejarah dan mencertikannya secara detil dan enak dibaca. Ingat, jangan mengkhayal atau mengarang sejarah! 2. Jangan Anakronis Anakronis maksudnya adalah berbeda tanggal dan peristiwa. Jadi, misalnya peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia terjadi pada 17 Agustus 1945, tapi kamu malah menulis di tanggal, bulan, atau tahun berbeda. Ketika kalian menulis teks sejarah. Periodesasi peristiwa harus jelas. Kapan terjadinya, apa, di mana, siapa pelakunya, bagaimana, dan mengapa? Nah, selain secara penulisan, sumber pun tak boleh anakronis. Misalnya kalian menulis sejarah Perang Jawa. Tentu kalian tak bisa menggunakan sumber koran-koran pada masa revolusi 1945. Mengapa? Sebab Perang Jawa berlangsung pada 1825-1830, sementara koran-koran pada masa revolusi terjadi pada 1945. Tentu enggak nyambung sih guys. Lalu apa pentingnya enggak boleh anakronis? Pertama, tentu kesahihan penulisan teks akan sangat baik, kedua tentu pembaca tidak akan merasa aneh karena periode waktu runut. 3. Tak Boleh Terpaku Pada Satu Sumber Nah, hal ini juga ga kalah penting Quipperian. Kalian jangan hanya berpegang pada satu sumber. Sebab sumber Sejarah harus dikritisi. Mengapa? Gampangnya gini guys. Enggak usah jauh jauh deh. Kita ambil aja kejadian terkini. Misalnya, terjadi kasus kecelakaan lalu lintas. Saksi 1 melihat truk menabrak mobil sedan karena menghindari bus yang rem mendadak. Sementara Saksi 2 melihat bus tidak rem mendadak, tapi sopir mengendarai truk secar ugal-ugalan sehingga menabrak mobil. Saksi 3 berkata truk menabrak mobil sedan karena menghindari orang menyebrang. Kalau kejadian di atas hendak kamu tulis sebagai fakta tulisan tentu tak bisa satu sumber saja kamu gunakan. Kamu tentu akan tersesat kalau hanya berpegang pada satu sumber. Penelitian komprehensif tentang kecelakaan itu akan membantumu mengungkap kasus kecelakaan tersebut. Sama seperti itu guys. Jadi kalian enggak bisa menggunakan satu sumber. Karena peristiwa sejarah pun memiliki beragam perspektif. Misalnya sejarah Malari atau 15 Januari. Kamu harus menggunakan sumber resmi pemerintah, media massa, dan kesaksian para mahasiswa. Jadi ketika membuat teks cerita sejarah, kamu harus komprehensif alias komplit. 4. Hindari Asumsi Sepihak Asumsimu enggak boleh muncul lho Quipperian. Bila kamu menggunakan asumsi untuk membuat tulisan teks cerita sejarah sama saja kamu mengarang atau mengarahkan peristiwa sejarah sesuai keinginanmu. Misalnya kamu hendak menulis sejarah kematian Kurt Cobain. Di awal penelusuran sumber kamu sudah punya asumsi kalau pentolan band Nirvana itu dibunuh sementara satu pun sumber belum kamu peroleh. Bila asumsimu mendahului penelusuran sumber, maka kerja penelitianmu akan terkotak-kotak. Sumber-sumber penting namun tidak mendukung asumsimu akan kamu tolak mentah-mentah. Itu jelas berbahaya bagi pengungkapan sejarah guys! Plis jangan menggunakan asumsi ketika membuat teks cerita sejarah. 5. Tidak Boleh Salah Tulis Ya, hal ini sebenarnya berlaku umum pada setiap penulisan. Enggak hanya penulisan teks sejarah aja sih. Tapi menjadi penting karena berkaitan dengan warisan informasi untuk generasi seterusnya. Misalnya, kamu salah menulis nama tokoh pada salah satu persitiwa. Pada Perang Jawa kamu sebut Imam Bonjol menjadi tokoh pelawan Belanda. Tentu saja kalau tulisanmu dipercaya sebagai sumber kebenaran secara turun menurun maka beberapa generasi akan terkecoh. Hal lainnya dan paling tragis adalah bisa memicu perselisihan. Bila kamu teledor menulis tokoh si anu sebagai pemberontak, sementara tokoh si itu sebagai pahlawan maka kamu secara tidak langsung membuat klaim. Bila anggota keluarga si anu merasa tersinggung maka kamu bisa kena masalah. Penulisan sejarah secara hitam-putih seperti itu tentu akan menguras perdebatan karena peristiwa sejarah tak selalu soal menang-kalah, pemberontak-pahlawan, tapi selalu ada gradasi. Misalnya, pelukis Raden Saleh enggak selalu dianggap sebagai anak Belanda. Enggak berpihak pada bangsa. Ketika peneliti mulai menelusur karya lukisnya, di situ baru terlihat simbol-simbol perlawanan terhadap Belanda. Well guys, begitulah hal-hal yang tidak boleh kamu lakukan ketika membuat teks cerita sejarah. Kamu harus selalu berpegang teguh pada prinsip di atas untuk menulis teks cerita sejarah. Jangan sampai teledor dan asal-asalan. Kamu enggak mau kan generasi setelahmu menanggung beban sejarah. Historia Vitae Magistra! Penulis Rahmat Ali
Satuhal yang sangat penting dalam teks cerita sejarah adalah peristiwa sejarah harus disesuaikan dengan kisah nyata. semoga membantuMenentukantema sebagai pokok pikiran teks cerita sejarah. Tentunya harus memahami secara keseluruhan tentang apa yang diceritakan. Penulis bisa membuat pola alur maju, mundur, atau maju mundur disesuaikan dengan cerita. Menyunting teks cerita sejarah yang selesai dibuat. Kegiatan ini sebagai bentuk akhir dalam menulis teks cerita sejarah
Berbagaikumpulan sejarah terlengkap di seluruh dunia - Suatu hari di Bulan Maret 1946, dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk mengukir sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di selatan. Beberapa tahun kemudian, lagu "Halo Halo Bandung" ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali ke kota tercinta, yang