ULAMAPewaris Para Nabi. Yuni Handayani. Download Download PDF. Full PDF Package Download Full PDF Package. This Paper. A short summary of this paper. 37 Full PDFs related to this paper. Read Paper. Download Download PDF. Download Full PDF Package.
Kajian Islam 20 Nov 2021 - Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang berarti tidak ada lagi nabi setelahnya. Risalah kenabian telah sempurna dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Walaupun begitu, sebagai seorang manusia Nabi Muhammad mempunyai batas waktu di dunia ini. Oleh karena itu beliau tidak bisa terus mendampingi umatnya sampai hari kiamat. Lantas siapakah yang mengemban tugas kenabian sepeninggal Nabi Muhammad SAW? Tak lain dan tak bukan adalah para ulama. Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa beliau tidak mewariskan Dinar dan dirham, melainkan mewariskan ilmu. Dan para ulama adalah pewaris para nabi. Siapakah ulama itu? Secara sederhana para ulama adalah orang yang berilmu. Namun dalam konteks keagamaan, ulama seseorang yang mumpuni dalam ilmu agama. Adapun yang mempunyai kemampuan dalam bidang sains disebut ilmuwan. Ahli dalam spektrum keilmuan yang luas disebut cendekiawan. Tak hanya keilmuan agama yang mumpuni, seorang ulama juga mesti memiliki Akhlakul Karimah. Dalam istilah ilmu hadits, kemampuan keilmuan disebut dengan dhawabith dan Akhlakul Karimah disebut dengan 'adalah atau keadilan. Seorang yang dhabit sekaligus adil otomatis diterima haditsnya. Namun jika ada cacat salah satu atau dua-duanya maka haditsnya menjadi lemah. Selanjutnya ciri seorang ulama adalah kuatnya spiritualitas. Hal ini disebutkan dalam QS. Fathir 28 yang menyatakan bahwa para ulama adalah hamba-hamba Allah yang takut kepadaNya. Innamaa yakhsyallaaha min 'ibaadihil 'ulamaa. Ulama yang kering spiritualitasnya tidak akan bisa menyentuh hati jama'ahnya. Spiritualitas juga menjadi sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya. Sikap yang perlu dimiliki oleh seorang ulama juga independensi. Independensi artinya seorang ulama berpikir dan bersikap berdasarkan ijtihad dan nilai yang dia pegang. Bukan karena kepentingan atau pesanan siapapun. Bahkan seorang ulama banyak yang mendapatkan hukuman dari penguasa karena tidak mau disetir oleh kepentingan penguasa. Kisah paling terkenal adalah bagaimana Imam Ahmad bin Hanbal teguh memegang akidahnya di saat kelompok Muktazilah berkuasa. Terakhir seorang ulama harus bergaul dan bermanfaat bagi masyarakat. Seorang ulama yang menjauh dari masyarakat dan menuntut ilmu untuk dirinya sendiri tidak sejalan dengan semangat kenabian. Dimana Nabi Muhammad SAW berbaur dan berjuang bersama sahabatnya. Nabi Muhammad pun tak segan merangkul kelompok lemah dan juga bergaul dengan kelompok kaya. Nabi Muhammad hidup bermasyarakat walaupun sesekali merenung dalam Gua Hira.

Ulamatiga negara ini dapat menjadi motor penggerak bagi pertemuan ulama ini yang lebih luas," ujarnya. Di pertemuan tersebut, Wapres mengungkapkan pentingnya peran Ulama sebagai pewaris Nabi "Warasatul Anbiya", untuk terus mempromosikan nilai-nilai universal Islam sebagai pembawa rahmat semesta alam.

Kata Kunci Pendidikan Aqidah; Nubzah Fil Aqidah Al-Islamiyah; Pendidikan Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan1 Bagaimana pendidikan aqidah yang terkandung dalam kitab Nubzah Fil Aqidah Al-Islamiyah karya Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin 2 Bagaimana relevansi pendidikan aqidah dalam kitab Nubzah Fil Aqidah Al-Islamiyah karya Muhammad Bin Shalih AlUtsaimin dengan pendidikan Islam saat ini. Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian library research atau penelitian kepustakaan yang khusus mengkaji suatu masalah untuk memperoleh data dalam penulisan penelitian ini. Adapun sumber data dari penelitian ini diperoleh dari sumber primer adalah kitab Nubzah Fil Aqidah Al-Islamiyah dan sumber sekunder adalah buku-buku aqidah lain yang relevan dengan pembahasan penulisan skripsi. metode analisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis isi content analysis. Hasil penelitian menyatakan bahwa pertama, tujuan pendidikan aqidah menurut Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin adalah untuk mengikhlaskan niat, amal dan ibadah hanya kepada Allah SWT semata, membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya hati dari aqidah, meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki individu-individu dan kelompokkelompok. Materi pendidikan aqidah yaitu iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada Nabi dan Rasul, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadha dan qadar. Adapun metode pendidikan aqidah adalah metode hiwar percakapan, amtsal perumpamaan, kisah, dan targhib motivasi. Kedua, secara umum konsep pendidikan aqidah perspketif Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin relevan terhadap pendidikan aqidah saat ini, baik itu terhadap pendidikan aqidah di lembaga-lembaga sekolah, maupun terhadap pendidikan aqidah di tengah-tengah masyarakat, hal ini dapat dilihat dari kesesuaian definisi aqidah, tujuan pendidikan aqidah, dasar pendidikan aqidah, serta metode dan materi yang beliau tawarkan dengan konsep aqidah saat ini.

WarasatulAnbiya. Ulama pewaris para nabi (al-'ulama warasatul anbiya). Ulama adalah pelita bagi bumi. ADA tiga hal yang menjadi sendi utama dalam Islam itu, yaitu iman, Islam, dan ihsan. Perhatian terhadap iman memunculkan ilmu tauhid atau ilmu kalam (teologi). Perhatian khusus pada aspek Islam (dalam pengertian yang sempit) menghadirkan
AlUlama'u Warishatul Ambiya. "Sesungguhnya Ulama itu adalah pewaris Nabi" (HR. Muslim) Yasfa'u yaumal qiyaamatil ambyia'u tsummal Ulamaa'u tsummasy - syuhadaa'u. "Yang memberi Syafa'at di hari qiamat adalah para Nabi, Ulama dan Syuhada "(HR. Ibnu Majah). In-namaa yakhsalloha min ibaadihil 'ulamaa-u. "Hanya Ulama sajalah di antara hamba-Nya yang Apabiladikatakan ilmuan Islam sebagai pewaris Nabi, maka ilmu yang ditinggalkan para Nabi dan Rasul, iaitu al-Qur'an dan as-Sunnah, harus menjadi teras dalam kehidupannya. Ini amat penting kerana seorang ulama mestilah boleh berijtihad dalam hal-hal yang berkaitan kehidupan seharian manusia. Ciri ketiga ulama adalah menyampaikan da'wah Islam. BincangSyariahCom — Ulama, caci maki, dan fitnah. Itu ibarat api dan asap. Tak terpisahkan. Bahkan terjadi sejak dahulu kala. Ulama-ulam besar yang ahli dalam ilmu agama, sempat menjadi sasaran empuk caci maki dan fitnah. Dalam sejarah kita bisa membaca, ulama sekelas, Imam Abu Hanifah saja menjadi korban fitnha yang keji. Ulamapewaris Nabi artinya menerima dari ulama-ulam a yang sholeh sebelumnya yang tersambung kepada Rasulullah shallallah u alaihi wasallam. Dalam perkara agama tidak ada hal yang baru. Kita justru harus berlaku jumud atau istiqomah sebagaiman a apa yang disampaika n oleh lisannya Rasulullah shallallah u alaihi wasallam. Salah satu ciri dalam tOfmR4.
  • 7mzky1odcm.pages.dev/335
  • 7mzky1odcm.pages.dev/155
  • 7mzky1odcm.pages.dev/8
  • 7mzky1odcm.pages.dev/202
  • 7mzky1odcm.pages.dev/4
  • 7mzky1odcm.pages.dev/219
  • 7mzky1odcm.pages.dev/75
  • 7mzky1odcm.pages.dev/34
  • 7mzky1odcm.pages.dev/42
  • ciri ulama pewaris nabi